Rabu, 17 Maret 2010

tahrij hadits

KUALITAS HADITS PERSAMAAN GANJARAN
(AMAL KEBAIKAN) DIANTARA ‘ALIM DAN MUTA’ALLIM


A.LATAR BELAKANG
Pada saat ini dari sekian banyak hadits nabi yang telah diteliti dan dikaji ternyata banyak ditemukan hadits berstatus palsu. Hal tersebut tentu merugikan masyarakat muslim khususnya orang awam seperti kita dalam mempelajari, memahami serta mengamalkan hadits nabi. Untuk itu perlu adanya pemurnian dan perbaikan hadits dari pihak muslim sendiri terutama kita sebagai generasi penerus bangsa.
Atas latar belakang inilah kami akan meneliti salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani sebagai objek penelitian kali ini mengenai persamaan pahala yang diperoleh antara ‘alim dengan muta’allim untuk mengetahui kebenaran hadits tersebut dari segi matan, sanad dan tingkatan para rawinya. Semoga dalam penelitian hadits ini Allah SWT memberikan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin

B.TAKHRIJ DAN I’TIBAR HADITS PERSAMAAN GANJARAN (AMAL KEBAIKAN) DIANTARA ‘ALIM DAN MUTA’ALLIM.
Hadits yang membahas masalah ini, adalah terkandung dalam sebuah kitab “
a.Bunyi teks hadits
Hasil pelacakan dari kata “ilmu” yang diambil dari mu’jam al-mufahras li alfaz al hadith al-nabawiy, ditemukan bunyi teks hadits tersebut diriwayatkan oleh :
Al-thabrani

ﺤﺩﺛﻨﺎ ﻫﺷﺎﻢ ﺒﻦ ﻋﻣﺎﺮ, ﺤﺩﺛﻨﺎ ﺼﺩﻗﺔ ﺒﻦ ﺨﺎﻠﺩ, ﺤﺩﺛﻨﺎ ﻋﺛﻣﺎﻦ ﺒﻦ ﺍﺒﻲ ﻋﺎﺘﻜﺔ, ﻋﻥ ﻋﻠﻲ ﺒﻦ ﻴﺰﻴﺪ, ﻋﻥ ﺍﻠﻗﺎﺴﻢ, ﻋﻥ ﺍﺒﻲ ﺍﻤﺎﻤﺔ, ﻗﺎﻞ : ﻗﺎﻞ ﺭﺳﻮﻞ ﺍﻠﻠﻪ ﺼﻠﻲ ﺍﻠﻠﻪ ﻋﻠﻳﻪ ﻭﺴﻠﻢ (ﻋﻠﻳﻜﻢ ﺑﻫﺬﺍ ﺍﻠﻌﻠﻡ ﻘﺑﻞ ﺍﻥ ﻳﻘﺑﺾ ﻮﻘﺑﺿﻪ ﺍﻥ ﻳﺮﻔﻊ) ﻮﺠﻣﻊ ﺑﻳﻥ ﺍﺼﺑﻌﻳﻪ ﺍﻠﻮﺴﻃﻰ ﻮﺍﻠﺘﻲ ﺘﻠﻲ ﺍﻹﺑﻬﺎﻡ ﻫﻜﺬﺍ. ﺛﻡ ﻗﺎﻞ (ﺍﻠﻌﺎﻟﻡ ﻭﺍﻠﻣﺘﻌﻟﻡ ﺷﺮﻴﻜﺎﻦ ﻔﻲ ﺍﻷﺠﺭ, ﻮﻻ ﺨﻴﺭ ﻔﻲ ﺴﺎﺋﺮ ﺍﻠﻨﺎﺲ)
ﻔﻲ ﺍﻠﺰﻮﺍﺋﺪ : ﻔﻲ ﺍﺴﻨﺎﺪﻩ ﻋﻠﻲ ﺒﻦ ﻳﺰﻳﺪ, ﻔﺎﻠﺠﻤﻬﻭﺮ ﻋﻠﻰ ﺘﺿﻌﻳﻔﻪ1

b.Untuk dapat mengetahui jalur sanad, nama-nama rawi dan metode periwayatan yang digunakan oleh setiap perawi, maka kegiatan i’tibar digunakan yaitu dengan pembuatan skema untuk seluruh sanad hadits yang sedang diteliti, sehingga dapat diketahui sanad dari hadits tersebut mempunyai mutabi’ dan shahih atau tidak. Lihat gambar di bawah ini.
Gambar skema sanad hadits :
ﻤﺮﻔﻮﻉ - ﻣﺗﺼﻝ - ﺴﻧﺩ ﻮﺍﺣﺩ
ابو أمامة


القاسم


على ابن يزيد


عثمان ابن ابى عتكة


صدقة ابن خالد


هشام ابن عمار



C.KAJIAN KRITIS TERHADAP HADITH TENTANG PERSAMAAN GANJARAN (AMAL KEBAIKAN) DIANTARA ‘ALIM DAN MUTA’ALLIM.
Setelah melakukan takhrij dan i’tibar di atas, maka dalam tahap ini dilakukan pengkajian kritik terhadap hadith tersebut dengan menguraikan kualitas periwayat dan persambungan sanad serta dilakukan kritik sanad dan matan sehingga dapat dihasilkan kualitas hadits-hadits tersebut.

Disebutkan hasil takhrij, bunyi teks hadits tersebut diriwayatkan oleh at-thabrani.
1.Abu Umamah
a.Nama lengkapnya adalah Abu Umamah Ibn Sahl Ibn Hanif dengan kunyah Abu Umamah dan Laqab Al Bahily, termasuk salah satu sahabat Nabi.2

2.Al Qosim
a.Nama Lengkapnya adalah Al Qosim Ibn Abdurrahman, dengan Kunyah Abu Abdurrahman dan laqabnya: Asya Syami, Ad Dimsyaqy3. Dan Muhammad Ibn Sa’ad dan Abu Zur’ah Ad Dimsyaqy menuturkan beliau adalah orang Syam, dan hidup pada masa ke dua.4
b.Guru-gurunya kurang lebih ada 16 orang, antara lain: Tamim Ad dary, Salman Al Farisi, Abi Umamah Al Bahily dll. Sedangkan murid-muridnya kurang lebih ada 38 orang, antara lain: Ali Ibn Yazid Al Haniy, Mu’awiyah Ibn Sholih, Katsir Ibn Harits dll.5
c.Penilaian Ulama’ kritikus hadits, Abu Hatim mengatakan hadits ats tsiqot ‘anhu mustaqim, la ba’sa, innama yunkiru’anhu adh dhu’afa’.6

3.Ali Ibn Yazid
a.Nama lengkapnya adalah Ali Ibn Yazid Ibn Abi Hilal ( Al Hilal: Abu abdul Malik, Abu Hasan ) dengan kunyah Abi Hilal dan laqabnya Asy Syami, Ad dimsyaqi.7
b.Guru-gurunya ada satu, yaitu Al Qosim Ibn Abdurrahman, dan Murid-muridnya berjumlah 13 orang, antara lain: Bakr Ibn Umar Al Mishr, Ustman Ibn ‘Atikah, Umar Ibn Waqid dll.8
c.Penilaian Ulama’: Abu Zur’ah Ar Rozi, mengatakan laisa bil qowi, dan An Nasa’i mengatakan laisa bitstsiqot.9

4.Ustman Ibn Abi ‘Atikah
a.Nama Aslinya Sulaiman, dengan kunyah Abu Hafsh, Abu ‘Atikah dan laqabnya adalah Al Azdy, Ad Dimsyaqi.10 Beliau hidup pada masa ke lima, dan dia adalah penduduk Dimsyaq( Damasqus ), dan wafat pada tahun 140 H.11
b.Guru-gurunya ada lima orang antara lain: Aly Ibn Yazid Al Haniy, Kholid Ibn Lajlaj, Sulaiman Ibn Habib Al Maghribi, Shodaqoh Ibn Kholid. Dan Murid-muridnya ada 7, antara lain: Ayyub Ibn Tamim, Shodaqoh Ibn Kholid, Al Walid Ibn Muslim.12
c.Penilaian Ulama’ kritikus hadits antara lain, Ya’qub Ibn Sufyan dan Abbas Ad Daruiy mengatakan laisa bil qowi, dhoiful hadits.13

5.Shodaqoh Ibn Kholid
a.Nama lengkapnya Shodaqoh Ibn Kholid dengan kunyah Abu Abbas Maula Ummul Banin, dan laqabnya adalah Al Ummmiy, Ad Dimsyaqiy, Al Quraisy. Dan beliau hidup pada tahun 118-184 H (selama 66 tahun).14
b.Guru-gurunya ada 24 orang antara lain: Ustman Ibn Al Aswad, Ustman Ibn ‘Atikah. Dan murid-muridnya ada 16 orang, antara lain: Al Hakam Ibn Musa, Sa’id Ibn Mansur, Hisyam Ibn Ammar.15
c.Penilaian Ulama’ kriikus hadits, Abdullah Ibn Ahmad Ibn Hanbal dsri ayahnya mengatakan tsiqotan, laisa ‘alaihi ba’s.16

6.Hisyam Ibn Ammar
a.Nama lengkapnya adalah Hisyam Ibn Ammar Ibn Nashir Ibn Maisyaroh Ibn Aban, dengan kunyahnya Abu Walid, sedangkan laqabnya adalah: Assulamy, Adhdhofary, Addimsyaqy. Menurut Abu Bakr Al Baghondi, dan Hisyam Ibn Ammar, beliau lahir pada tahun 153 H dan wafat pada tahun 245 H dan merupakan penduduk Damaskus dan menurut Al Bukhori beliau wafat tahun 245 H pada akhir bulan Muharrom di Damaskus17
b.Guru-gurunya ada kurang lebih ada 83 orang antara lain: , Isa Ibn Yunus, Malik ibn Annas, Shodaqoh Ibn Kholid sedangkan murid-muridnya kira-kira ada 100 orang.18
c.Penilaian Ulama’ kritikus hadits, Al ‘Ajly mengatakan tsiqot, dan menurut Darul Qutni mengatakan suduq, kabirul mahal.

D.KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai kualitas hadits tentang persamaan ganjaran (amal kebaikan) diantara ‘alim dan muta’allim, dapat disimpulkan sebagai berikut :
Dilihat dari jumlah perawinya hadits tersebut termasuk hadits ahad karena perawinya tidak mencapai tingkatan mutawatir.
Kualitas para periwayatnya ada yang kurang kuat hafalannya yaitu Ali ibn Yazid , namun sanadnya bersambung sampai kepada Nabi SAW, sehingga sanadnya berkualitas hasan lidzatihi.
Sedangkan kualitas matannya adalah sahih karena tidak ditemukan ‘illat dan shadz.
Jadi, secara umum hadits ini berkualitas hasan lidzatihi dan dapat dipakai sebagai hujjah.


DAFTAR PUSTAKA


Al-Asqalani, Shihab al-Din Ahmad Ali Ibn Hajar, Tahdzib al-Tahdzib, (Beirut : Dar al-Fikr, 1988).
Al-Mizzi, Jamal al-Din Abi al-Hajaj Yusuf, Tahdzib al-Kamal Fi Asma’ al-Rijal, (Beirut : Dar al-Fikr, 1994).
Ibnu Majah, Ibnu Majah Muqaddimah, juz 17, hal 228
Mu’jam al-mufahras li alfaz al hadits al nabawiy, juz 4, hal 419

masdar ghoiru ats tsulatsi, marroh serta hai'ah

1.Pengertian mashdar dan macam-macam jenisnya.
Masdhar adalah lafadz/ kata menunjukkan suatu kejadian, yang tidak berhubungan dengan waktu, dan lafadz-nya (kosa-kata) mengandung huruf-huruf seperti pada fi’ilnya yang berbentuk secara lafalnya, contoh علم – علما atau secara perkiraan contoh قاتل – قتالا atau dengan penggantian kata yang telah terhapus contoh وعد – عدة.
2.Penjelasan wazan-wazan ghoiru tsulatsi, marroh, dan hai’ah.
a.Mashdar ghoiru tsulatsi
a)Mashdar af’ala, fa’ala dan faa’ala (أفعل, فعّل, فاعل).
Af’ala
افعال (if'aalun), apabila shohih ‘ain misalnya: اكرم – اكراما.
افالة(ifaalatun), apabila mu’tal ‘ain misalnya: أقام – اقامة.
Apabila mu’tal lam, maka lam fi’ilnya pada bentuk mashdar diganti hamzah contohnya: أعطى – اعطاء.
Fa’ala
تفعيل(taf’iilun), apabila shohih lam dan bukan mahmuz lam contohnya: عظّم – تعظيم. Dan terkadang bentuk mashdarnya adalah تفعلة contohnya: جرّب – تجربة.
تفعلّة(taf’illatun), apabila mu’tal lam contohnya: وصّى – وصيّة.
تفعيل/ تفعلة, apabila mahmuz lam contohnya: خطّأ – تخطيء, تخطئة.
تفعال(taf’aalun), contohnya: كرّر – تكرار.
Dan ada pula yang keluar dari aturan kaidah shorfiyyah, antara lain: فعّال (fi’aalun) dengan kasroh fa’ fi’ilnya contoh كذّاب, كلام. Dan تفعّال (tafa’aalun) misalnya تطوّاف karena sering digunakan dalam percakapan.
Faa’ala
فعال dan مفاعلة”fi’aalun dan mufaa’alatun” contohnya جوار, متجاورة . dan apabila mu’tal lam, maka diganti hamzah pada bentuk mashdarnya contohnya; والى – ولاء. Dan terkadang mashdar dari faa’ala adalah فيعالcontoh قاتل - قيتال.
b)Mashdar fa’lala al mulhaq bih (فعلل)
فعللة “fa’lalatun”Contoh حوقلة, حلببة .
فعلال “fi’laalun”Yang mempunyai bentuk bina’ selain bina’ mudho’af سرهاف, حيقال .
c)Mashdar yang berjumlah 5 (lima) pada fi’ilnya.
انفعل – انفعال ؛ انطلق – انطلق
افتعل – افتعال ؛ اجتمع – اجتماع
تفعّل – تفعّل ؛ تكلّم – تكلّم
افعلّ – افعالّ ؛ احمرّ – احمرّ
تفاعل – تفاعل ؛ تصالح – تصالح
تفعلل – تفعلل ؛ تدحرج – تدحرج
Apabila dari fi’ilnya mu’tal akhir, maka harus diawali hamzah dan huruf yang terkhir diganti dengan hamzah contohnya:انطوى - انطواء . Dan apabila mu’tal akhir pada wazan “تفاعل, تفعّل“ seperti , maka alif dan huruf sebelumnya berharokat kasroh, contohnya:التأنّى – التغضّى .
d)Mashdar yang berjumlah 6 (enam) pada fi’ilnya.
استفعل – استفعال ؛ استغفر - استغفار.
افعوعل – افعيعال ؛ اخشوشن - اخشيشان.
افعوعل – افعوّال ؛ اعلوّط - اعلوّاط.
افعالّ – افعلال ؛ ادهامّ - ادهمام.
افعنلل – افعنلل ؛ احرنجم -احرنجام.
افعللّ – افعلال – اقشعرّ - اقشعرار.
Apabila berbentuk bina’ mu’tal akhir, maka huruf akhirnya diganti hamzah contohاستولى - استولاء .
b.Mashdar marroh
Mashdar marroh atau bias juga disebut mashdar ‘adad yaitu mashdar yang disebutkan untuk menjelaskan jumlah bilangan pekerjaan yang telah dilakukan. Dan mashdar marroh yang tersusun dari tsulatsi mujarrod itu mempunyai wazan فعلة “fa’latun” dengan fa’nya berharokat fathah, dan huruf ‘ainnya yang diberi harokat sukun, contoh: وقفت وقفة/ وقفتان/ وقفات .
Dan jika fi’ilnya jumlah hurufnya lebih dari 3 huruf dasar, maka mashdarnya ketambahan ta’ marbothoh, contohnya: اكرمته اكرامة , kecuali apabila mashdarnya yang memang aslinya sudah ditambahkan ta’ marbuthoh, contohnya:رحمته رحمة واحدة .
Dan apabila fi’il diatas 3 huruf yang mujarrod ada 2 mashdar, yaitu;
فعللة ؛ زلزل - زلزلة.
مفاعلة ؛ قاتل - مقاتلة.
Dan mashdar dari mashdar-mashdar yang ketambahan huruf ta’ dari aslinya, seperti pada fi’il tsultsi mujarrod maka wazannya فعلة ”fa’latun” misalnyaغلبة, نشدة, مرّة . Dan apabila selain pada fi’il tsulatsi mujarrod, maka keadaan seperti biasa. Misalnya:اقامة, دحرجة .
c.Mashdar hai’ah
Mashdar hai’ah atau bisa juga disebut mashdar nau’ adalah mashdar yang disebutkan atau dipakai untuk menjelaskan jenis/ macam suatu pekerjaan yang dilakukan beserta sifatnya, contoh:وقفت وقفة اى وقوفا . Mashdar hai’ah tersusun atas wazan فعلة “fi’latun” dan apabila berupa tsulatsi mujarrod contoh: ومات ميتة سيّئة . Dan apabila fauqo tsulatsi mujarrod maka mashdarnya menjadi sifat.
dan ada mashdar yang keluar dari aturan kaidahnya pada susunan bina’ mashdar contoh:فلانة, حسنة, خمرة